Irwan Effendi : Riau
Siap Menjadi Produsen Benih Utama Udang Vannamei di Sumatera
Tanggapan Terhadap Kunjungan dengan Perusahaan Daerah Bengkalis ke
PT, SURI TANI PEMUKA Banyuwangi dan Bali.
PT Suri Tani Pemuka,
perusahaan yang bergerak di bidang Aquaculture Industry dan tergabung dalam
Group JAPFA. Perusahaan ini menghidupkan kembali Pembenihan Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei). Selain itu perusahaan
ini juga mengembangkan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blocii), Kakap
Putih ( Lates Calcarifer)dan Kerapu Macan(Epinephelus
fuscoguttatus) di tambak dan keramba.
Dari Kunjungan Ke
perusahaan PT. SURI TANI PEMUKA ini dan melihat keberhasilan mereka dalam
pengembangan benih udang vannamei ini membuat kita juga optimis bahwa kita bisa
mengembangkan hal yang sama di Provinsi Riau.
Dengan Adanya Perusahaan Daerah Bengkalis PT. Bumi Laksamana Jaya yang ingin mengembangkan Budidaya Udang Vannamei Ikan Bawal Bintang kita sanggup Positif. Dinas Perikanan Provinsi Riau akan memfasilitasi Perusahaan Daerah ini dengan memberikan pengelolaan Hatchery milik Dinas Perikanan Provinsi Riau yang ada di Pulau rupat. Hatchery ini merupakan ex Co – Fish Project. Kita sangat tertarik untuk mengembangkan Pembenihan Udang Vannameii dan Budidaya Bawal bintang, Ikan Kakap Putih serta Kerapu Macan.
Pengembangan usaha pembenihan dan pembudidayaan ini dilakukan dengan kerjasama Pemkab Bengkalis melalui PT BUMI LAKSAMANA JAYA, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkalis, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Dan JAPFA grup.
Komitmen Pemkab bengkalis dalam pengembangan Pembenihan dan Pembudidayaan ini sangat Tinggi. Ini yang membuat kita yakin bahwa usaha ini akan berhasil. Disamping itu dengan berkembangnya Usaha yang di didirikan oleh Perusahaan Daerah PT BLJ membuat semakin kita semakin percaya dengan komitmen dari pemkab bengkalis ini. PT. BLJ mempunyai pimpinan dan jajaran yang merupakan enterpreneur yang telah berhasil. Dengan kemampuan manajemen dalam perusahaan saya sangat yakin usaha ini akan berhasil.
Dari Pihak JAPFA Grup juga akan membantu sepenuhnya dari benih teknisi dan pakan. JAPFA Grup juga akan membantu pemasaran nya.
Kita berharap dengan
adanya Pengembangan Usaha ini dalam 2 Tahun kedepan Riau akan terkenal sebagai
penghasil udang dan insyaallah Kalau Hatchery ini berhasil akan bisa menjadi
Sentra Benih Di sumatra.
Riau memiliki Potensi Perikanan sangat besar dengan luasnya perairan di provinsi riau baik itu perikanan tawar maupun perikanan laut. Target produksi perikanan 147.000 Ton. Realisasi tahun 2012 185.800 Ton capaian 2012 126% . Dinas Perikanan menargetkan tahun 2020 adalah sebesar 1.000.000/Tahun yang terdiri dari Potensi perikanan tangkap sebesar 200.000 Tom/Tahun dan Produksi perikanan budidaya sebesar 800.000/ton/Tahun.
Produksi Perikanan Pada Tahun 2012 sebanyak 185.800,28 Ton dengan rincian Perikanan Tangkap sebanyak 110.761,1 dan Perikanan Budidaya sebanyak 75,038,18 Ton.
Detail : Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
:
Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) di sebut juga
dengan udang putih yang merupakan sumber daya ikan golongan Crustacea. Udang
ini merupakan spesies asli dari perairan Amerika Tengah. Resmi diperkenalkan
dan dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2000. Hal yang menggairahkan kembali
pada usaha pertambakan di Indonesia pada saat ini yang sebelumnya mengalami
kegagalan budidaya akibat serangan penyakit bintik putih (white spot) pada
budidaya udang windu (Penaeus monodon). Penyebaranya meliputi Pantai Pasifik,
Meksiko, Laut Tengah dan Selatan Amerika. Wilayah dengan suhu air secara umum
berkisar di atas 20 derajat celcius sepanjang tahun dan merupakan tempat
populasi udang vanname berada. Udang vannamei digolongkan
ke dalam genus Penaid pada filum Artrhopoda. Terdapat ribuan spesies dari filum
ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea. Ciri ciri
subfilum Crustacea, mamiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk
mencapit, terugtama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus shinensis,
Litopenaeus indicus, Litopenaeus japonicus, L. monodon, Litopenaeus
stylirostris dan Litopenaeus vannamei.
Morfologi
Udang Vannamei | http://lanwebs.lander.edu
|
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom
: Animalia
Subkingdom
: Metazoa
Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
Kelas
: Malacostrata
Subkelas
: Eumalacostrata
Superordo
: eucarida
Ordo
: Decapoda
Subordo
: Dendrobrachita
Famili
: Penaidae
Genus
: Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei.
Vannamei termasuk dalam
crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda seperti halnya lobster dan
kepiting serta udang udang lainnya. Kata Decapoda berasal dari kata deca = 10,
poda = kaki, hewan ini juga memiliki karapas yang berkembang menutupi bagian kepala
dan dada menjadi satu (chepalothorax). Famili Penaeidae yang
menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah dikeluarlakan oleh betina dan udang
ini juga mempunyai tanduk (rostrum).
Genus penaeus yang
ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum juga ditandai
dengan hilangnya bulu cambuk (satae) pada tubuhnya. secara
khusus udang ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi
pada tepi rostrum bagian dorsal. Subgenus Litopenaeus, yang
ditandai dengan adanya organ seksual (thelycum) yang terbuka tanpa adanya
tempat penampung sperma pada spesies betina.
Udang vannamei termasuk
golongan hewan omnivora yaitu memakan segala, baik dari bahan hewani maupun
nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton,
copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut.
Meraka mencari dan
mengidentifikasi makanannya menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan
bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula,
bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi kimiawi
yang di tangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber
pakannya.
Untuk mendekati sumber
pakannya, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan
langsung yang didapatkannya langsung di kepit mnggunakan kaki jalannya kemudian
di masukan kedalam mulut. Pakan yang berukuran kecil akan masuk kedal
keronggkongan dan ensophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar,
akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulutnya.
Udang akan berhenti makan apabila mereka sudah kenyang.
Semua golongan
arthropoda termasuk udang mengalami pergantian kulit atau disebut dengan
molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang
bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik mereka akan melepaskan jaringan
penghubung antara epidemis dan kutikula ekstraseluler, udang segera melepaskan
diri dari kutikula atau cangkang, kemudian menyerap air untuk memperbesar tubuh
dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan
mineral-mineral protein.
Proses molting pada
udang akan menghasilkan peningkatan ukuran tubuhnya (pertumbuhan) secara
kontinyu dan secara berkala. Ketika molting tubuh udang menyerap air dan
bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya
keras, tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.
Dalam kondisi molting,
udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping
kondisinya sangat lemah kulit luarnya belum mengeras. Udang pada saat milting
mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa
organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya merangsang nafsu
makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang
sehat.
Udang vannamei merupakan
salah satu jenis udang introduksi yang diminati oleh petambak budidaya saat
ini, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumuhan cepat (masa
pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai
konversi pakannya rendah (FCR 1:1,3).
Udang vannamei umumnya
dibudidayakan secara intensif dan semi intensif. Pada salah satu sumber
dituliskan dalam hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi
dengan pola tradisional. Ukuran panen yang dihasilkan lebih besar sehingga
harga perkilo gramnya menjadi lebih mahal (kkp.go.id).
Irwan Effendi: Beri
Perhatian Khusus
30 Desember 2012
Nelayan tradisional yang
menggantungkan hidupnya dari alat-alat tangkap tradisional masih menyebar di
kabupaten/kota di Riau. Hingga saat ini pemberdayaan agar mereka bisa
berkembang menjadi nelayan modern belum tercapai. Hal ini dikarenakan
keterbatasan anggaran dan sumberdaya unuk membina mereka.
Laporan
ERWAN SANI, Pekanbaru
Hal ini juga dialami
para nelayan yang ada di Dusun Setia Kawan Desa Telukpambang Kecamatan Bantan.
Meskipun beberapa dusun berdekatan mereka hiruk pikuk-dengan kemajuan teknologi
alat tangkap ikan, namun mereka masih tersisihkan dengan alat tangkap dan
transportasi laut apa adanya.
‘’Jadi di sinilah fungsi
dari penyuluhan perikanan dan pembinaan secara mendalam bagi petugas penyuluhan
yang ada di kabupaten/kota. Karena mereka tak mendapat informasi dan pembinaan
khusus, sehingga mereka tak tahu harus mengadu ke mana untuk mendapat perhatian
dari pemerintah,’’ kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof
Ir Irwan Effendi MSc kepada Riau Pos.
Dengan keterbatasan alat
transportasi dan alat tangkap ikan dimiliki puluhan kepala keluarga nelayan
Dusun Setia Kawan tersebut hanya bisa menangkap ikan di pinggir-pinggir pantai,
ia berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Paling
tidak memberikan pembinaan kepada mereka untuk membentuk kelompok nelayan atau
koperasi.
Dengan keberadaan
kelompok nelayan dan koperasi nelayan bisa memecahkan masalah yang terjadi saat
ini. ‘’Paling tidak Pemkab dan Pemprov Riau dalam hal ini Dinas Perikanan bisa
memberikan perhatian. Sebab untuk memberikan bantuan harus ada kelompok. Kalau
individu pastilah tak bisa,’’ jelas Irwan Effendi lagi.
Untuk bantuan kapal
tangkap ikan, bagi Diskanlut Provinsi Riau sudah berupaya memberikannya kepada
beberapa kelompok nelayan yang ada di kabupaten/kota di Riau. Pemberian bantuan
itu juga berdasarkan usulan dari pemerintah daerah setempat. ‘’Kita menerima
usulan. Tapi jika kita tahu bahwa kelompok nelayan sangat memerlukan dan sudah
melihat realitanya di lapangan. Kita bisa mendesak Pemkab dan Pemko untuk
memberikan bantuan kepada nelayan tersebut,’’ kata Irwan Effendi lagi.
Irwan meminta agar para
nelayan yang ada di Dusun Setia Kawan tersebut segera membuat kelompok.
Kemudian mengusulkannya kepada Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis.
‘’Tembusannya bisa ke Pemprov Riau dan bisa kita pertimbangkan. Paling tidak
mereka bisalah diberikan bantuan alat tangkap, sampan atau pompong dari Pemkab
atau Pemprov,’’ ucapnya.
Kemudian dengan adanya
kelompok tersebut, paling tidak Pemprov bisa mengajukan anggaran ke APBN atau
Kementerian Perikanan dan Kelautan Indonesia. Karena ada dana dari pusat untuk
program usaha bina pedesaan. ‘’Anggaran tersebut untuk pengelolaan hasil
tangkapan nelayan dan pembinaan penggunaan alat tangkap. Akan tetapi ini
tetap jugas melalui usulan dari kabupaten,’’ lanjutnya.
Kemudian masih kurang
terperhatikan para nelayan tradisional tersebut faktor jalan. Sebab para
nelayan tak bisa melakukan akses langsung dengan pusat pemerintah. ‘’Jalan jadi
masalah untuk memberikan perhatian kepada nelayan. Kemudian selama ini jalur
transportasi selalu terputus. Sehingga pengembangan kelompok nelayan yang ada
sangat sulit,’’ lanjutnya.(gem)
Komsumsi Ikan Riau
Meningkat
2 Januari 2013
PEKANBARU (RP)- Selama
tahun 2012, ikan menjadi salah satu pilihan masyarakat Riau. Ini terlihat dari
peningkatan komsumsi makan ikan Provinsi Riau di tahun 2012.
Tahun lalu, komsusmsi
makan Riau meningkat dari 30 persen dibanding tahun 2011 menjadi 32,1 persen.
Angka ini melebihi persentase komsumsi makan ikan secara nasional yang masih
29,6 persen.
Karena itu, Dinas
Perikanan dan Kelautan Riau, di 2013 ini terus memacu upaya meningkatkan
komsumsi makan ikan masyarakat. Salah satunya dengan mengkampanyekan makan ikan
di Riau.
Hal ini dikatakan Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir Irwan Effendi MSc menjawab Riau
Pos, Selasa (1/1) di Pekanbaru.
Menurutnya, kampanye
makan ikan gencar dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Riau. Apalagi Riau
mendapatkan dukungan dua unit mobil Forikan bantuan dari Kementerian Perikanan
dan Kelautan RI.
Dukungan dua mobil yang
dilengkapi dengan fasilitas pendukung, bisa lebih menggalakkan kampanye makan
ikan masyarakat. “Dan ini sudah dilakukan,” ujarnya.
Dinas Perikanan dan
Kelautan Riau juga lebih intensif mengkampanyekan makan ikan di wilayah
Pekanbaru dengan dukungan dua unit mobil keliling ini.
Selain itu, pekan lalu,
Dinas Perikanan dan Kelautan Riau turun ke Dumai dan Bengkalis dalam program
mengkampanyekan makan ikan.
Program mengkampanyekan
makan ikan untuk meningkatkan komsumsi makan ikan di Riau tak dipungkiri Irwan
Effendi harus disertai dengan ketersediaan ikan yang cukup.
Karenanya, peningkatan
produksi ikan terus dipacu di tahun 2013 ini. Sementara dilihat dari pemasaran,
hasil produksi ikan budidaya petani tidak mengalami hambatan.(dac)
Polda Riau Ungkap Kasus
Dugaan Korupsi Kapal Cepat Sembilang Rohil
5 Januari 2013
Riau Pos Online-Jajaran Dirreskrimsus Polda Riau Jumat (4/1)
melakukan penggerebekan dan penangkapan terhadap pejabat tertentu di Kabupaten
Rokan Hilir, Riau, terkait dugaan kasus mark-up/korupsi pengadakan kapal
patroli Sembilang Dinas Perikanan dan Kelautan Rokan Hilir sebesar Rp7 miliar.
Kapolda Riau Brigjen Pol
Suedi Husein melalui Kabid Humas Polda Riau AKBP Hermansyah yang
dikonfirmasi Riau Pos Online Sabtu tadi (5/1) membenarkan
adanya penggerebekan dan diperiksanya sejumlah pejabat penting di Rohil.
"Masih sebatas diperiksa mas," ujar AKBP Hermansyah Sabtu siang tadi
(5/1).
Data yang dihimpun Riau
Pos Online di lapangan, pemenang lelangnya adalah anak pejabat di
Rohil yag kini juga sedang menjalani penyelidikan aparat Dirreskrimsus Polda
Riau di Pekanbaru.
Kasus dugaan korupsi
pengadaan Kapal Patroli Cepat (KPC) Sembilang Dinas Kelautan dan Perikanan
Pemkab Rokan Hilir (Rohil) tahun anggaran 2008 senilai Rp7 miliar yang sempat
menghebohkan masyarakat Rokan Hilir diduga hilang misterius dari
persembunyiannya di Pelabuhan TPI Dumai dibantah Kepala Dinas Kelautan
Perikanan Rohil Amrizal. “Kasus KPC Sembilang dalam proses penyelidikan
polisi. KPC Sembilang tidak hilang, masih ada,” ujar Amrizal kepada
wartawan.
Menurut Amrizal tidak
menyebutkan keberadaan KPC Sembilang milik Dinas Kelautan Perikanan Rohil
tersebut. KPC Sembilang diduga bermasalah, pada saat penanda tanganan
berita acara penyerahan dari kontraktor. Saat itu, Dinas Kelautan dan Perikanan
menolak penyerahan KPC Sembilang, karena mesin yang digunakan tidak sesuai
kontrak.
Data yang dihimpun
menyebutkan, dua mantan pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Rohil inisial M,
mantan bendahara, dan H mantan PPTK sudah terperiksa di Mapolda Riau terkait
proyek pengadaan KPC Sembilang. Diinformasikan M dan H dimutasikan dari
Dinas Kelautan dan Perikanan ke Dinas Perhubungan Rohil.
Data yang dihimpun
menyebutkan, KPC Sembilang diperkirakan berukuran 5 meter x 20 meter,
dengan konstruksi menggunakan fiber glass. Kapal ini dilengkapi
fasilitas alat pendingin, peralatan radio, radar yang canggih. Dibuat di
Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Namun, setelah dilakukan uji coba, didugar semua
peralatan canggih tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
KPC Sembilang
menggunakan mesin ganda, namun getaran pada badan kapal sangat kuat akhirnya
menjadi masalah. Desain kapal tidak sesuai spesifikasi yang tercantum dalam
kontrak, sehingga KPC Sembilang ini dinyatakan tidak layak layar. Sehingga KPC
Sembilang disembunyikan di pelabuhan TPI Dumai selama dua tahun. Selama dalam
persembunyian KPC Sembilang nampak tak terurus sehingga kapal yang dianggarkan
Rp7 miliar ini ditelantarkan.(azf)
Akses berita lewat
gadget anda: m.riaupos.co
40 Ton Ikan Dipasarkan
ke Luar Kuansing
11 Januari 2013
KUANTANSINGINGI (RP) -
Saat ini, lebih dari 40 ton produksi ikan di Kabupaten Kuantan Singingi, setiap
bulan dipasarkan ke daerah luar, seperti ke daerah Peranap, Air Molek, Rengat
dan Tembilahan.
Hal ini tentunya
menandakan, usaha kolam ikan sudah mampu memenuhi keperluan rumah tangga dan
sudah bernilai ekonomis bagi masyarakat.
Menurut Kepala Dinas
Perikanan Kuantan Singingi Ir Emmerson, ada dua jenis ikan yang diekspor ke
luar Kuansing, yakni nila dan patin. Untuk produksi nila yang diekspor katanya,
dalam satu kali panen itu rata-rata mencapai 800 kg dikalikan 30 hari, sehingga
timbangannya berjumlah 24 ton dalam satu bulan.
Sementara produksi ikan
patin kata Emmerson, dalam satu bulan itu mencapai 16 ton lebih. Jadi, jumlah
patin dan nila yang dipasarkan ke luar daerah itu mencapai 40 ton setipa bulan.
“Ini rutin kita jual setiap bulannya ke luar,” kata Emmerson.
Emmerson bersyukur, atas
dukungan yang diberikan Pemkab dalam meningkat produktivitas perikanan,
masyarakat sudah menjadikan sektor ini sebagai penopang perekonomian
keluarga.
“Alhamdulillah, saat ini
sebagian warga yang berusaha kolam ikan sudah mampu menjadikannya sebagai
tulang punggung ekonomi keluarga, dan tersebar di sejumlah kecamatan,” sebut
Emmerson.
Salah satu contoh yang
dapat dilihat di bidang usaha kolam ikan warga ini, seperti yang terdapat di
sejumlah desa, di antaranya di Desa Beringin Teluk Kuantan, dan Seberang Teluk
Hilir, Kecamatan Kuantan Tengah, begitu juga di Kecamatan Singingi, Gunung
Toar, dan Benai.
Ia menyimpulkan, dengan
dipasarkannya ikan ke luar, menandakan usaha kolam ikan yang dikelolah rakyat
sudah berorientasi pasar dan tidak lagi sekadar memenuhi keperluan rumah
tangga. Setiap tahun jumlah ikan yang diekspor ke luar selalu meningkat.
“Kita sangat berharap
para petani kita tetap menekuni usaha ini, karena sudah menjanjikan secara
ekonomis. Di samping itu, kita juga akan memberikan dukungan pembinaan dan
sebagainya, agar tidak gagal panen,” ujar Emmerson.(jps/ade/hms/adv)
Akses lebih cepat di
peralatan mobile anda: m.riaupos.co
Iwapi-Forikan Taja
Pelatihan Pengolahan Ikan
10 Januari 2013
PEKANBARU (RP)-Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Riau, Iwapi Pekanbaru bekerjasama Forum
Gemar Makan Ikan (Forikan) Riau menaja Pelatihan Peningkatan Sumber Daya
Manusia Dalam Pengolahan Hasil Perikanan, Rabu (9/1).
Pelatihan yang
dilaksanakan di Hotel Rauda Pekanbaru ini, 40 peserta mendapatkan pelatihan
pengolahan ikan menjadi bakso dan nugget ikan.
Turut hadir Kepala Dinas
Perikanan dan Kelautan Riau Irwan Effendi dan Ketua Iwapi Riau Hj Hafidah
Rachman serta pengurus Iwapi Riau dan Iwapi Pekanbaru.
Ketua Iwapi Riau Hj
Hafidah Rachman menyebutkan pelatihan ini merupakan program Iwapi Riau dalam
mendorong tumbuhnya industri kreatif di Negeri Lancang Kuning, Riau. Salah
satunya melalui pelatihan pengolahan ikan.
‘’Peserta merupakan
binaan Iwapi Riau dan Iwapi Pekanbaru yang mengelola sektor usaha makanan
kecil. Pelatihan ini diharapkan semakin mendorong tumbuhnya industri kreatif
khususnya pemanfaatan ikan menjadi aneka produk makanan,’’ ujar pengusaha
sukses ini.
Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Riau Irwan Effendi menyatakan dukungannya diselenggarakannya
Pelatihan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Pengolahan Hasil Perikanan.
Apalagi potensi perikanan di Riau cukup menjanjikan yang bisa diolah menjadi
potensi ekonomi. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan menyiapkan pojok
makanan laut.
‘’Nanti produk olahan
ikan bisa dijual di pojok makanan laut. Peserta pelatihan juga kami ajak untuk
berwisata melihat tambak ikan di Koto Panjang,’’ imbuh Pembina Forikan Riau
ini.(mar)
Akses berita lewat
gadget anda: m.riaupos.co
Opening Aquatic Food
Junction Kampanyekan Gemarikan
21 Januari 2013
PEKANBARU (RP)- Dinas
Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Riau, Sabtu (19/1) malam, melaksanakan opening
Aquatic Food Junction di halaman kantor Diskanlut Riau Jalan Patimura.
Opening ini langsung
dilakukan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir H Irwan Effendi
MSc.
Selain itu, acara
dihadiri seluruh pegawai di jajaran Dinas Perikanan dan Kelautan Riau. Opening
ini juga ramai dikunjungi masyarakat setempat yang ingin mencicipi masakan di
Aquatic Food Junction yang menggunakan bahan serba ikan.
Kepala Dinas Perikanan
dan Kelautan Riau, Irwan Effendi mengatakan, Aquatic Food Junction merupakan
program Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau untuk mengkampanyekan
Gerakan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat di Riau.
Selain itu, diadakannya
gerai Aquatic Food Junction ini sebagai bentuk kepedulian Dinas Perikanan dan
Kelautan Riau dalam membina dan membantu usaha kecil dan menengah (UKM) yang
bergerak dalam pengolahan hasil perikanan.
Menu yang ada sebagian
besar bahan-bahannya berasal dari ikan.
Semua menu makanan yang
disajikan dalam gerai Aquatic Food Junction seperti, pecel lele, bakso ikan
kuah, bakso ikan goreng, siomay ikan, batagor ikan, fish and chip, fish steak,
Thai otak-otak, dan tod man pla, bahan dasarnya adalah dari ikan. Menurutnya,
apapun jenis masakan dan makanan yang disajikan, bisa menggunakan bahan dasar
ikan.
Penggunaan bahan dasar
serba ikan, tidak saja untuk menanamkan gemar makan ikan pada masyarakat.
Tetapi juga memberikan nilai tambah pada petani ikan, serta meningkatkan
komsumsi makan ikan di Riau.
Tingkat komsumsi makan
ikan masyarakat di Riau setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011
sebesar 30 persen dan 2012 menjadi 32 persen, lebih tinggi dari persentase
makan ikan secara nasional yang baru rata-rata 29,96 persen.
“Karena itu, marilah
kita sama-sama membantu mengkampanyekan gemar makan ikan ini pada masyarakat,”
ujarnya.(dac)
Akses berita lewat
gadget anda: m.riaupos.co
Pengusaha Melaka
Kunjungi Lokasi Perikanan Koto Masjid
26 Januari 2013
BANGKINANG (RP) -
Pengusaha asal Melaka yang tergabung dalam Dewan Perniagaan Melayu Malaysia
(DPMM) mengunjungi lokasi pengembangan usaha perikanan di Desa Koto Masjid
Kecamatan XIII Kotokampar.
Rombongan didampingi
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kampar Ir H Rinto Pramono, Jumat
(25/1). Turut hadir pada kunjungan tersebut Datuk Zainal Husin dari Upen Negeri
Melaka, Datuk Perumal Raju selaku Menteri Pertanian Negeri Melaka dan Datuk
Ramly Moh selaku Ketua Kadin/DPMM Melaka).
Kedatangan rombongan
dari Melaka disambut oleh para pengusaha dan juga Pemerintah Provinsi Riau.
Untuk memberikan penjelasan tentang potensi perikanan di Riau, rombongan
terlebih dahulu melakukan pertemuan dengan Kadin Riau dan Pemprov Riau di
Pekanbaru.
Kemudian rombongan yang
disertai Kadin Riau, Dinas Perdagangan Provinsi dan Dinas Perikanan Riau
melakukan kunjungan lapangan ke Koto Masjid.
‘’Tujuan kunjungan
rombongan dari Melaka adalah untuk menjalin kerja sama bisnis antara pengusaha
perikanan dan pengolahan hasil perikanan,’’ ujar Rinto.
Pengusaha perikanan Ir
Suhaimi dan Firman Edi menyambut rombongan di Koto Masjid dan memberikan
penjelasan secara gamblang tentang berbagai potensi perikanan yang ada dan
telah dikembangkan di Koto Masjid.
Kepada Riau Pos, Rinto
yang juga alumni Perikanan Universitas Riau menambahkan, Kabupaten Kampar
memang merupakan salah satu daerah yang potensi perikanannya sangat besar di
Riau.
Kedatangan rombongan
dari Melaka ini menurut Rinto, merupakan sebuah peluang besar untuk membuka
pemasaran produk perikanan Kampar hingga ke mancanegara.
‘’Semoga kerja sama
dapat dijalin, sehingga usaha perikanan di Kampar semakin berkembang, rakyat
semakin sejahtera,’’ ucapnya.(why)
Akses lebih cepat di
peralatan mobile anda: m.riaupos.co
Pasar Higienis Siap
Difungsikan
31 Januari 2013
PEKANBARU (RP)- Dinas
Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) dalam waktu dekat ini segera memfungsikan
gedung pasar ikan higienis yang berada di Jalan Ibrahim Sattah Pekanbaru.
Selain bangunannya sudah
siap sejak tahun 2009 lalu, pasar ikan higienis ini sudah dinilai cukup layak
untuk menampung pedagang ikan sungai yang ada, terutama yang belum memiliki
tempat.
Hal ini dikatakan Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir H Irwan Effendi MSc menjawab Riau
Pos, Rabu (30/1). Irwan menjelaskan, pedagang ikan yang berminat sudah langsung
dibawa untuk mengunjungi gedung pasar ikan higienis ini.
Di antaranya para
pedagang ikan sungai yang berjualan di ruas Jalan Mekar Sari samping gedung
DPRD Riau dan beberapa pedagang ikan sungai yang ada di pasar tradisional Dupa.
“Selain bertujuan untuk
memfungsikannya, pedagang ikan punya tempat yang layak untuk berjualan,”
paparnya.
Selama ini, di antara
mereka masih menjajakan daganganya di pinggiran jalan, sehingga terkesan tidak
tertib.(dac)
Akses berita lewat
gadget anda: m.riaupos.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar