Berita


Irwan Effendi : Riau Siap Menjadi Produsen Benih Utama Udang Vannamei di Sumatera

Tanggapan Terhadap Kunjungan dengan Perusahaan Daerah Bengkalis ke PT, SURI TANI PEMUKA Banyuwangi  dan Bali.

PT Suri Tani Pemuka, perusahaan yang bergerak di bidang Aquaculture Industry dan tergabung dalam Group JAPFA.  Perusahaan ini menghidupkan kembali Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Selain itu  perusahaan ini juga mengembangkan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blocii), Kakap Putih ( Lates Calcarifer)dan Kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus) di tambak dan keramba.

Dari Kunjungan Ke perusahaan PT. SURI TANI PEMUKA ini dan melihat keberhasilan mereka dalam pengembangan benih udang vannamei ini membuat kita juga optimis bahwa kita bisa mengembangkan hal yang sama di Provinsi Riau.

Dengan Adanya Perusahaan Daerah Bengkalis PT. Bumi Laksamana Jaya yang ingin mengembangkan  Budidaya Udang Vannamei Ikan Bawal Bintang kita sanggup Positif. Dinas Perikanan Provinsi Riau  akan memfasilitasi Perusahaan Daerah ini dengan memberikan pengelolaan Hatchery milik Dinas Perikanan Provinsi Riau yang ada di Pulau rupat. Hatchery ini merupakan ex Co – Fish Project. Kita sangat tertarik untuk mengembangkan Pembenihan Udang Vannameii dan Budidaya Bawal bintang, Ikan Kakap Putih serta Kerapu Macan.

Pengembangan usaha pembenihan dan pembudidayaan ini dilakukan dengan kerjasama Pemkab Bengkalis melalui PT BUMI LAKSAMANA JAYA, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkalis, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Dan JAPFA grup.

Komitmen Pemkab bengkalis dalam pengembangan Pembenihan dan Pembudidayaan ini sangat Tinggi. Ini yang membuat kita yakin  bahwa usaha ini akan berhasil. Disamping itu dengan berkembangnya Usaha yang di didirikan oleh Perusahaan Daerah PT BLJ membuat semakin kita semakin percaya dengan komitmen dari pemkab bengkalis ini. PT. BLJ mempunyai pimpinan dan jajaran yang merupakan enterpreneur yang telah berhasil. Dengan kemampuan manajemen dalam perusahaan saya sangat yakin usaha ini akan berhasil.

Dari Pihak JAPFA Grup juga akan membantu sepenuhnya dari benih teknisi dan pakan. JAPFA Grup juga akan membantu pemasaran nya.
Kita berharap dengan adanya Pengembangan Usaha ini dalam 2 Tahun kedepan Riau akan terkenal sebagai penghasil udang dan insyaallah Kalau Hatchery ini berhasil akan bisa menjadi Sentra Benih Di sumatra.

Riau memiliki Potensi Perikanan sangat besar dengan luasnya perairan di provinsi riau baik itu perikanan tawar maupun perikanan laut.  Target produksi perikanan 147.000 Ton. Realisasi tahun 2012 185.800 Ton capaian 2012 126% . Dinas Perikanan menargetkan tahun 2020 adalah sebesar 1.000.000/Tahun yang terdiri dari Potensi perikanan tangkap sebesar 200.000 Tom/Tahun dan Produksi perikanan budidaya sebesar 800.000/ton/Tahun. 

Produksi Perikanan Pada Tahun 2012 sebanyak 185.800,28 Ton dengan rincian Perikanan Tangkap sebanyak 110.761,1 dan Perikanan Budidaya sebanyak 75,038,18 Ton. 

Detail :  Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) :


Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di sebut juga dengan udang putih yang merupakan sumber daya ikan golongan Crustacea. Udang ini merupakan spesies asli dari perairan Amerika Tengah. Resmi diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2000. Hal yang menggairahkan kembali pada usaha pertambakan di Indonesia pada saat ini yang sebelumnya mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit bintik putih (white spot) pada budidaya udang windu (Penaeus monodon). Penyebaranya meliputi Pantai Pasifik, Meksiko, Laut Tengah dan Selatan Amerika. Wilayah dengan suhu air secara umum berkisar di atas 20 derajat celcius sepanjang tahun dan merupakan tempat populasi udang vanname berada. Udang vannamei digolongkan ke dalam genus Penaid pada filum Artrhopoda. Terdapat ribuan spesies dari filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea. Ciri ciri subfilum Crustacea, mamiliki 3 pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terugtama dari ordo Decapoda, seperti Litopenaeus shinensis, Litopenaeus indicus, Litopenaeus japonicus, L. monodon, Litopenaeus stylirostris dan Litopenaeus vannamei. 

Morfologi Udang Vannamei | http://lanwebs.lander.edu
Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostrata
Subkelas : Eumalacostrata
Superordo : eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachita
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Species : Litopenaeus vannamei.
Vannamei termasuk dalam crustacea yang tergolong dalam ordo Decapoda seperti halnya lobster dan kepiting serta udang udang lainnya. Kata Decapoda berasal dari kata deca = 10, poda = kaki, hewan ini juga memiliki karapas yang berkembang menutupi bagian kepala dan dada menjadi satu (chepalothorax). Famili Penaeidae yang menetaskan telurnya di luar tubuh, setelah dikeluarlakan oleh betina dan udang ini juga mempunyai tanduk (rostrum).

Genus penaeus yang ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum juga ditandai dengan hilangnya bulu cambuk (satae) pada tubuhnya. secara khusus udang ini memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Subgenus Litopenaeus, yang ditandai dengan adanya organ seksual (thelycum) yang terbuka tanpa adanya tempat penampung sperma pada spesies betina.

Udang vannamei termasuk golongan hewan omnivora yaitu memakan segala, baik dari bahan hewani maupun nabati. Beberapa sumber makanannya antara lain udang kecil (rebon), fitoplankton, copepoda, polychaeta, larva kerang dan lumut. 

Meraka mencari  dan mengidentifikasi makanannya menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor. Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal kimiawi kimiawi yang di tangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakannya.

Untuk mendekati sumber pakannya, udang akan berenang menggunakan kaki jalan yang memiliki capit. Pakan langsung yang didapatkannya langsung di kepit mnggunakan kaki jalannya kemudian di masukan kedalam mulut. Pakan yang berukuran kecil akan masuk kedal keronggkongan dan ensophagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulutnya. Udang akan berhenti makan apabila mereka sudah kenyang.

Semua golongan arthropoda termasuk udang mengalami pergantian kulit atau disebut dengan molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik mereka akan melepaskan jaringan penghubung antara epidemis dan kutikula ekstraseluler, udang segera melepaskan diri dari kutikula atau cangkang, kemudian menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral protein.

Proses molting pada udang akan menghasilkan peningkatan ukuran tubuhnya (pertumbuhan) secara kontinyu dan secara berkala. Ketika molting tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.

Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya sangat lemah kulit luarnya belum mengeras. Udang pada saat milting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.

Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang introduksi yang diminati oleh petambak budidaya saat ini, karena memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumuhan cepat (masa pemeliharaan 100-110 hari), sintasan selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakannya rendah (FCR 1:1,3). 

Udang vannamei umumnya dibudidayakan secara intensif dan semi intensif. Pada salah satu sumber dituliskan dalam hasil kajian menunjukan bahwa vannamei juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Ukuran panen yang dihasilkan lebih besar sehingga harga perkilo gramnya menjadi lebih mahal (kkp.go.id). 



Irwan Effendi: Beri Perhatian Khusus
30 Desember 2012

Nelayan tradisional yang menggantungkan hidupnya dari alat-alat tangkap tradisional masih menyebar di kabupaten/kota di Riau. Hingga saat ini pemberdayaan agar mereka bisa berkembang menjadi nelayan modern belum tercapai. Hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran dan sumberdaya unuk membina mereka.

Laporan ERWAN SANI, Pekanbaru
Hal ini juga dialami para nelayan yang ada di Dusun Setia Kawan Desa Telukpambang Kecamatan Bantan. Meskipun beberapa dusun berdekatan mereka hiruk pikuk-dengan kemajuan teknologi alat tangkap ikan, namun mereka masih tersisihkan dengan alat tangkap dan transportasi laut apa adanya.

‘’Jadi di sinilah fungsi dari penyuluhan perikanan dan pembinaan secara mendalam bagi petugas penyuluhan yang ada di kabupaten/kota. Karena mereka tak mendapat informasi dan pembinaan khusus, sehingga mereka tak tahu harus mengadu ke mana untuk mendapat perhatian dari pemerintah,’’ kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof Ir Irwan Effendi MSc kepada Riau Pos.

Dengan keterbatasan alat transportasi dan alat tangkap ikan dimiliki puluhan kepala keluarga nelayan Dusun Setia Kawan tersebut hanya bisa menangkap ikan di pinggir-pinggir pantai, ia berharap ada perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Paling tidak memberikan pembinaan kepada mereka untuk membentuk kelompok nelayan atau koperasi. 
Dengan keberadaan kelompok nelayan dan koperasi nelayan bisa memecahkan masalah yang terjadi saat ini. ‘’Paling tidak Pemkab dan Pemprov Riau dalam hal ini Dinas Perikanan bisa memberikan perhatian. Sebab untuk memberikan bantuan harus ada kelompok. Kalau individu pastilah tak bisa,’’ jelas Irwan Effendi lagi. 

Untuk bantuan kapal tangkap ikan, bagi Diskanlut Provinsi Riau sudah berupaya memberikannya kepada beberapa kelompok nelayan yang ada di kabupaten/kota di Riau. Pemberian bantuan itu juga berdasarkan usulan dari pemerintah daerah setempat. ‘’Kita menerima usulan. Tapi jika kita tahu bahwa kelompok nelayan sangat memerlukan dan sudah melihat realitanya di lapangan. Kita bisa mendesak Pemkab dan Pemko untuk memberikan bantuan kepada nelayan tersebut,’’ kata Irwan Effendi lagi. 

Irwan meminta agar para nelayan yang ada di Dusun Setia Kawan tersebut segera membuat kelompok. Kemudian mengusulkannya kepada Dinas Perikanan Kabupaten Bengkalis. ‘’Tembusannya bisa ke Pemprov Riau dan bisa kita pertimbangkan. Paling tidak mereka bisalah diberikan bantuan alat tangkap, sampan atau pompong dari Pemkab atau Pemprov,’’ ucapnya.

Kemudian dengan adanya kelompok tersebut, paling tidak Pemprov bisa mengajukan anggaran ke APBN atau Kementerian Perikanan dan Kelautan Indonesia. Karena ada dana dari pusat untuk program usaha  bina pedesaan. ‘’Anggaran tersebut untuk pengelolaan hasil tangkapan nelayan dan pembinaan penggunaan alat tangkap.  Akan tetapi ini tetap jugas melalui usulan dari kabupaten,’’ lanjutnya.

Kemudian masih kurang terperhatikan para nelayan tradisional tersebut faktor jalan. Sebab para nelayan tak bisa melakukan akses langsung dengan pusat pemerintah. ‘’Jalan jadi masalah untuk memberikan perhatian kepada nelayan. Kemudian selama ini jalur transportasi selalu terputus. Sehingga pengembangan kelompok nelayan yang ada sangat sulit,’’ lanjutnya.(gem)

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co



Komsumsi Ikan Riau Meningkat
2 Januari 2013

PEKANBARU (RP)- Selama tahun 2012, ikan menjadi salah satu pilihan masyarakat Riau. Ini terlihat dari peningkatan komsumsi makan ikan Provinsi Riau di tahun 2012. 

Tahun lalu, komsusmsi makan Riau meningkat dari 30 persen dibanding tahun 2011 menjadi 32,1 persen. Angka ini melebihi persentase komsumsi makan ikan secara nasional yang masih 29,6 persen. 

Karena itu, Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, di 2013 ini terus memacu upaya meningkatkan komsumsi makan ikan masyarakat. Salah satunya dengan mengkampanyekan makan ikan di Riau.

Hal ini dikatakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir Irwan Effendi MSc menjawab Riau Pos, Selasa (1/1) di Pekanbaru.

Menurutnya, kampanye makan ikan gencar dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Riau. Apalagi Riau mendapatkan dukungan dua unit mobil Forikan bantuan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan RI.

Dukungan dua mobil yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung, bisa lebih menggalakkan kampanye makan ikan masyarakat. “Dan ini sudah dilakukan,” ujarnya.

Dinas Perikanan dan Kelautan Riau juga lebih intensif mengkampanyekan makan ikan di wilayah Pekanbaru dengan dukungan dua unit mobil keliling ini.

Selain itu, pekan lalu, Dinas Perikanan dan Kelautan Riau turun ke Dumai dan Bengkalis dalam program mengkampanyekan makan ikan.

Program mengkampanyekan makan ikan untuk meningkatkan komsumsi makan ikan di Riau tak dipungkiri Irwan Effendi harus disertai dengan ketersediaan ikan yang cukup.

Karenanya, peningkatan produksi ikan terus dipacu di tahun 2013 ini. Sementara dilihat dari pemasaran, hasil produksi ikan budidaya petani tidak mengalami hambatan.(dac)

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co



Polda Riau Ungkap Kasus Dugaan Korupsi Kapal Cepat Sembilang Rohil
5 Januari 2013

Riau Pos Online-Jajaran Dirreskrimsus Polda Riau Jumat (4/1) melakukan penggerebekan dan penangkapan terhadap pejabat tertentu di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, terkait dugaan kasus mark-up/korupsi pengadakan kapal patroli Sembilang Dinas Perikanan dan Kelautan Rokan Hilir sebesar Rp7 miliar.

Kapolda Riau Brigjen Pol Suedi Husein melalui Kabid Humas Polda Riau AKBP Hermansyah yang dikonfirmasi Riau Pos Online Sabtu tadi (5/1) membenarkan adanya penggerebekan dan diperiksanya sejumlah pejabat penting di Rohil. "Masih sebatas diperiksa mas," ujar AKBP Hermansyah Sabtu siang tadi (5/1).

Data yang dihimpun Riau Pos Online di lapangan, pemenang lelangnya adalah anak pejabat di Rohil yag kini juga sedang menjalani penyelidikan aparat Dirreskrimsus Polda Riau di Pekanbaru.

Kasus dugaan korupsi pengadaan Kapal Patroli Cepat (KPC) Sembilang Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Rokan Hilir (Rohil) tahun anggaran 2008 senilai Rp7 miliar yang sempat menghebohkan masyarakat  Rokan Hilir diduga hilang misterius dari persembunyiannya di Pelabuhan TPI Dumai dibantah Kepala Dinas Kelautan Perikanan Rohil Amrizal. “Kasus KPC Sembilang  dalam proses penyelidikan polisi. KPC Sembilang  tidak hilang, masih ada,”  ujar Amrizal kepada wartawan.

Menurut Amrizal tidak menyebutkan keberadaan KPC Sembilang milik Dinas Kelautan Perikanan Rohil tersebut. KPC Sembilang diduga bermasalah, pada saat penanda tanganan  berita acara penyerahan dari kontraktor. Saat itu, Dinas Kelautan dan Perikanan menolak penyerahan KPC Sembilang, karena mesin yang digunakan tidak sesuai kontrak.

Data yang dihimpun menyebutkan, dua mantan pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Rohil inisial M, mantan bendahara, dan H mantan PPTK sudah terperiksa di Mapolda Riau terkait proyek pengadaan KPC Sembilang. Diinformasikan  M dan H dimutasikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ke Dinas Perhubungan Rohil.

Data yang dihimpun menyebutkan, KPC  Sembilang diperkirakan berukuran 5 meter x 20 meter, dengan konstruksi menggunakan fiber glass. Kapal ini dilengkapi fasilitas alat pendingin, peralatan radio, radar yang canggih. Dibuat di Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Namun, setelah dilakukan uji coba, didugar semua peralatan canggih tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

KPC Sembilang menggunakan mesin ganda, namun getaran pada badan kapal sangat kuat akhirnya menjadi masalah. Desain kapal tidak sesuai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak, sehingga KPC Sembilang ini dinyatakan tidak layak layar. Sehingga KPC Sembilang disembunyikan di pelabuhan TPI Dumai selama dua tahun. Selama dalam persembunyian KPC Sembilang nampak tak terurus sehingga kapal yang dianggarkan Rp7 miliar ini ditelantarkan.(azf)

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co



40 Ton Ikan Dipasarkan ke Luar Kuansing
11 Januari 2013 

KUANTANSINGINGI (RP) - Saat ini, lebih dari 40 ton produksi ikan di Kabupaten Kuantan Singingi, setiap bulan dipasarkan ke daerah luar, seperti ke daerah Peranap, Air Molek, Rengat dan Tembilahan. 

Hal ini tentunya menandakan, usaha kolam ikan sudah mampu memenuhi keperluan rumah tangga dan sudah bernilai ekonomis bagi masyarakat.

Menurut Kepala Dinas Perikanan Kuantan Singingi Ir Emmerson, ada dua jenis ikan yang diekspor ke luar Kuansing, yakni nila dan patin. Untuk produksi nila yang diekspor katanya, dalam satu kali panen itu rata-rata mencapai 800 kg dikalikan 30 hari, sehingga timbangannya berjumlah 24 ton dalam satu bulan.

Sementara produksi ikan patin kata Emmerson, dalam satu bulan itu mencapai 16 ton lebih. Jadi, jumlah patin dan nila yang dipasarkan ke luar daerah itu mencapai 40 ton setipa bulan. “Ini rutin kita jual setiap bulannya ke luar,” kata Emmerson.

Emmerson bersyukur, atas dukungan yang diberikan Pemkab dalam meningkat produktivitas perikanan, masyarakat sudah menjadikan sektor ini sebagai penopang perekonomian keluarga. 

“Alhamdulillah, saat ini sebagian warga yang berusaha kolam ikan sudah mampu menjadikannya sebagai tulang punggung ekonomi keluarga, dan tersebar di sejumlah kecamatan,” sebut Emmerson.

Salah satu contoh yang dapat dilihat di bidang usaha kolam ikan warga ini, seperti yang terdapat di sejumlah desa, di antaranya di Desa Beringin Teluk Kuantan, dan Seberang Teluk Hilir, Kecamatan Kuantan Tengah, begitu juga di Kecamatan Singingi, Gunung Toar, dan Benai.

Ia menyimpulkan, dengan dipasarkannya ikan ke luar, menandakan usaha kolam ikan yang dikelolah rakyat sudah berorientasi pasar dan tidak lagi sekadar memenuhi keperluan rumah tangga. Setiap tahun jumlah ikan yang diekspor ke luar selalu meningkat.

“Kita sangat berharap para petani kita tetap menekuni usaha ini, karena sudah menjanjikan secara ekonomis. Di samping itu, kita juga akan memberikan dukungan pembinaan dan sebagainya, agar tidak gagal panen,” ujar Emmerson.(jps/ade/hms/adv)

Akses lebih cepat di peralatan mobile anda: m.riaupos.co



Iwapi-Forikan Taja Pelatihan Pengolahan Ikan
10 Januari 2013

PEKANBARU (RP)-Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Riau, Iwapi Pekanbaru bekerjasama Forum Gemar Makan Ikan (Forikan) Riau menaja Pelatihan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Pengolahan Hasil Perikanan, Rabu (9/1). 

Pelatihan yang dilaksanakan di Hotel Rauda Pekanbaru ini, 40 peserta mendapatkan pelatihan pengolahan ikan menjadi bakso dan nugget ikan.

Turut hadir Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau Irwan Effendi dan Ketua Iwapi Riau Hj Hafidah Rachman serta pengurus Iwapi Riau dan Iwapi Pekanbaru.

Ketua Iwapi Riau Hj Hafidah Rachman menyebutkan pelatihan ini merupakan program Iwapi Riau dalam mendorong tumbuhnya industri kreatif di Negeri Lancang Kuning, Riau. Salah satunya melalui pelatihan pengolahan ikan.

‘’Peserta merupakan binaan Iwapi Riau dan Iwapi Pekanbaru yang mengelola sektor usaha makanan kecil. Pelatihan ini diharapkan semakin mendorong tumbuhnya industri kreatif khususnya pemanfaatan ikan menjadi aneka produk makanan,’’ ujar pengusaha sukses ini. 

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau Irwan Effendi menyatakan dukungannya diselenggarakannya  Pelatihan Peningkatan Sumber Daya Manusia Dalam Pengolahan Hasil Perikanan. Apalagi potensi perikanan di Riau cukup menjanjikan yang bisa diolah menjadi potensi ekonomi. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan menyiapkan pojok makanan laut. 

‘’Nanti produk olahan ikan bisa dijual di pojok makanan laut. Peserta pelatihan juga kami ajak untuk berwisata melihat tambak ikan di Koto Panjang,’’ imbuh Pembina Forikan Riau ini.(mar)

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co



Opening Aquatic Food Junction Kampanyekan Gemarikan
21 Januari 2013

PEKANBARU (RP)- Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Riau, Sabtu (19/1) malam, melaksanakan opening Aquatic Food Junction di halaman kantor Diskanlut Riau Jalan Patimura. 

Opening ini langsung dilakukan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir H Irwan Effendi MSc. 

Selain itu, acara dihadiri seluruh pegawai di jajaran Dinas Perikanan dan Kelautan Riau. Opening ini juga ramai dikunjungi masyarakat setempat yang ingin mencicipi masakan di Aquatic Food Junction yang menggunakan bahan serba ikan.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Irwan Effendi mengatakan, Aquatic Food Junction merupakan program Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau untuk mengkampanyekan Gerakan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat di Riau.

Selain itu, diadakannya gerai Aquatic Food Junction ini sebagai bentuk kepedulian Dinas Perikanan dan Kelautan Riau dalam membina dan membantu usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam pengolahan hasil perikanan. 

Menu yang ada sebagian besar bahan-bahannya berasal dari ikan.

Semua menu makanan yang disajikan dalam gerai Aquatic Food Junction seperti, pecel lele, bakso ikan kuah, bakso ikan goreng, siomay ikan, batagor ikan, fish and chip, fish steak, Thai otak-otak, dan tod man pla, bahan dasarnya adalah dari ikan. Menurutnya, apapun jenis masakan dan makanan yang disajikan, bisa menggunakan bahan dasar ikan. 

Penggunaan bahan dasar serba ikan, tidak saja untuk menanamkan gemar makan ikan pada masyarakat.  Tetapi juga memberikan nilai tambah pada petani ikan, serta meningkatkan komsumsi makan ikan di Riau.

Tingkat komsumsi makan ikan masyarakat di Riau setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sebesar 30 persen dan 2012 menjadi 32 persen, lebih tinggi dari persentase makan ikan secara nasional yang baru rata-rata 29,96 persen. 

“Karena itu, marilah kita sama-sama membantu mengkampanyekan gemar makan ikan ini pada masyarakat,” ujarnya.(dac)

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co



Pengusaha Melaka Kunjungi Lokasi Perikanan Koto Masjid
26 Januari 2013 

BANGKINANG (RP) - Pengusaha asal Melaka yang tergabung dalam Dewan Perniagaan Melayu Malaysia (DPMM) mengunjungi lokasi pengembangan usaha perikanan di Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Kotokampar.

Rombongan didampingi Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kampar Ir H Rinto Pramono, Jumat (25/1). Turut hadir pada kunjungan tersebut Datuk Zainal Husin dari Upen Negeri Melaka, Datuk Perumal Raju selaku Menteri Pertanian Negeri Melaka dan Datuk Ramly Moh selaku Ketua Kadin/DPMM Melaka).

Kedatangan rombongan dari Melaka disambut oleh para pengusaha dan juga Pemerintah Provinsi Riau. Untuk memberikan penjelasan tentang potensi perikanan di Riau, rombongan terlebih dahulu melakukan pertemuan dengan Kadin Riau dan Pemprov Riau di Pekanbaru. 

Kemudian rombongan yang disertai Kadin Riau, Dinas Perdagangan Provinsi dan Dinas Perikanan Riau melakukan kunjungan lapangan ke Koto Masjid. 

‘’Tujuan kunjungan rombongan dari Melaka adalah untuk menjalin kerja sama bisnis antara pengusaha perikanan dan pengolahan hasil perikanan,’’ ujar Rinto.

Pengusaha perikanan Ir Suhaimi dan Firman Edi menyambut rombongan di Koto Masjid dan memberikan penjelasan secara gamblang tentang berbagai potensi perikanan yang ada dan telah dikembangkan di Koto Masjid.

Kepada Riau Pos, Rinto yang juga alumni Perikanan Universitas Riau menambahkan, Kabupaten Kampar memang merupakan salah satu daerah yang potensi perikanannya sangat besar di Riau. 

Kedatangan rombongan dari Melaka ini menurut Rinto, merupakan sebuah peluang besar untuk membuka pemasaran produk perikanan Kampar hingga ke mancanegara. 

‘’Semoga kerja sama dapat dijalin, sehingga usaha perikanan di Kampar semakin berkembang, rakyat semakin sejahtera,’’ ucapnya.(why)

Akses lebih cepat di peralatan mobile anda: m.riaupos.co



Pasar Higienis Siap Difungsikan
31 Januari 2013

PEKANBARU (RP)- Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) dalam waktu dekat ini segera memfungsikan gedung pasar ikan higienis yang berada di Jalan Ibrahim Sattah Pekanbaru. 

Selain bangunannya sudah siap sejak tahun 2009 lalu, pasar ikan higienis ini sudah dinilai cukup layak untuk menampung pedagang ikan sungai yang ada, terutama yang belum memiliki tempat.

Hal ini dikatakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Prof Dr Ir H Irwan Effendi MSc menjawab Riau Pos, Rabu (30/1). Irwan menjelaskan, pedagang ikan yang berminat sudah langsung dibawa untuk mengunjungi gedung pasar ikan higienis ini.

Di antaranya para pedagang ikan sungai yang berjualan di ruas Jalan Mekar Sari samping gedung DPRD Riau dan beberapa pedagang ikan sungai yang ada di pasar tradisional Dupa.

“Selain bertujuan untuk memfungsikannya, pedagang ikan punya tempat yang layak untuk berjualan,” paparnya.

Selama ini, di antara mereka masih menjajakan daganganya di pinggiran jalan, sehingga terkesan tidak tertib.(dac) 

Akses berita lewat gadget anda: m.riaupos.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar